Prinsip dan Teknik Membaca Puisi di Atas Pentas


Sebelum kalian menerapkan teknik yang baik, kalian perlu mengetahui terlebih dahulu beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan pada saat kalian membaca puisi dengan keras. Prinsip-prinsip itu adalah volume suara, artikulasi suara, intonasi, gerak tubuh, mimik, dan pandangan mata.

Volume suara adalah derajat keras atau lemahnya suara pada saat kalian membaca puisi yang dimaksud.

Artikulasi suara adalah pengucapan kata demi kata dengan benar serta dengan suara yang jelas dan pilah.

·         
Intonasi adalah lagu membaca yang meliputi penggalan kata dan tinggi atau rendahnya suara pada saat kalian membaca baris demi baris puisi.

·         
Gerak tubuh meliputi gerak seluruh anggota tubuh : kaki, tangan, badan, dan kepala sesuai dengan isi puisi yang dibaca.

·       
Mimik adalah ekspresi atau perubahan wajah sesuai dengan karakteristik dan suasana ( misalnya, sedih, semangat, atau gembira ) yang digambarkan pada puisi yang dibaca.

·    
Pandangan mata  adalah arah mata memandang; seharusnya pandangan mata ditujukan ke segala penjuru tempat penonton berada.
1.      Yakinlah bahwa kalian telah mengenakan pakaian dengan rapi atau mengenakan pakaian sesuai dengan isi puisi yang akan kalian baca.
2.      Berdirilah dengan tegak dan tenang di atas pentas sebelum kalian memulai membaca.
3.      Kuasailah pentas dan penonton dengan mengarahkan pandangan ke segala penjuru sambil memberikan penghormatan kepada mereka dengan cara menganggukan kepala.
4.      Hayatilah puisis yang kalian baca dengan memahami isi dan pesannya.
5.      Bacalah puisi tersebut dengan artikulasi suara yang jelas, dengna volume suara yang dapat menjangkau semua penonton, dan dengan intonasi yang bagus.
6.      Aturlah napas dengan baik dengan menyesuaikan penggalan-penggalan kata, baris, dan bait puisi tersebut.
7.      Pusatkan perhatian kepada puisi yang dibaca dennga mengendalikan diri tanpa terpengaruh oleh penonton.

Untuk menerapkan tips diatas, mari kita coba dengan puisi karya Chairil Andwar di bawah ini :

AKU
 Karya Chairil Anwar, Sastrawan Angkatan 1945

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang-menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

No comments:

Post a Comment